Therapy Drug Monitoring and Drug Therapy Monitoring


PHARMACEUTICAL CARE
 


   





Dosen Pengampuh        : Nunung Sukaeti, M.Si., Apt
Nama                    : Deta Fitriany
NPM                      : 1443700189



PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2015


1.        TDM (Therapy Drug Monitoring) dan DTM (Drug Therapy Monitoring)
a.       Pengertian
Menurut The International Association for Therapeutic Drug Monitoring and Clinical Toxicology, Therapeutic Drug Monitoring didefinisikan sebagai pengukuran yang dilakukan di laboratorium dengan parameter yang sesuai yang dapat mempengaruhi prosedur pelaksanaan. Pengukuran tersebut dilakukan pada sekelompok obat tertentu dimana memiliki hubungan lansung antara konsentrasi obat dalam serum dan respon farmakologi dan yang diukur adalah matriks biologi dari xenobiotik, maupun komponen endogen yang memiliki karakterisasi hampir sama dengan fisiologi dan patofisiologi dengan individu yang mendapatkan terapi.
Therapeutic Drug Monitoring (TDM) juga dikenal dengan istilah Drug Therapy Monitor yang artinya adalah Pengawasan terhadap kadar atau tingkatan obat didalam darah. Tujuan dan tugas dari TDM ini sendiri sebenarnya adalah untuk mengukur kadar atau level obat yang ada di dalam darah, dengan begitu, maka dosis obat yang efektif dalam darah dapat ditentukan, sehingga dapat mencegah terjadinya keadaan toksik atau keracunan obat di dalam tubuh. TDM ini juga seringkali dimanfaat kan untuk mengidentifikasi pasien atau penderita yang tidak patuh (biasanya untuk pasien yang dengan alasan apapun berusaha untuk tidak menaati dosis obat yang telah diberikan oleh dokter dengan tujuan pengobatan).
TDM adalah alat praktis yang dapat membantu dokter memberikan terapi obat yang efektif dan aman pada pasien yang memerlukan obat-obatan. Monitoring dapat digunakan untuk mengkonfirmasi tingkat konsentrasi obat dalam darah apakah berada dalam batas atas atau di bawah rentang terapi, atau jika efek terapi yang diinginkan dari obat ini tidak seperti yang diharapkan. Jika kasus seperti ini terjadi maka hal tersebut dapat berbahaya terhadap tubuh sebab toksisitas obat dalam tubuh akan meningkat, tetapi dengan adanya TDM maka keadaan tersebut dapat segera diatasi tanpa memakan banyak waktu.
TDM memiliki beberapa fungsi antara lain dalam hal pemilihan obat, perancangan aturan dosis, penilaian respon penderita, pemantauan konsentrasi obat dalam serum, penilaian secara farmakokinetik kadar obat, penyesuaian kembali aturan dosis, dan adanya persyaratan khusus.



b.      Faktor-faktor yang harus diperhatikan
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan TDM ini yaitu sebagai berikut :
1)      Usia Pasien
2)      Berat badan pasien
3)      Rute pemberian obat
4)      Absorpsi obat
5)      Eksresi obat
6)      Dosis yang diberikan
7)      Cara Metabolisme obat dalam tubuh
8)      Jika pasien tersebut juga mengkonsumsi obat - obat lain secara bersamaan.
9)      Jika ada penyakit lain yang juga diderita oleh pasien.
10)  Serta kepatuhan pasien terhadap peraturan dalam penggunaan obat sesuai dengan ketentuan dokter
11)  Cara - cara yang digunakan oleh laboratorium untuk melakukan test atau uji coba untuk obat tersebut.

c.       Target TDM
Beberapa hal yang menjadi target dilakukannya TDM antara lain :
1)      Jika penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat seperti yang diharapkan, maka obat dan aturan dosis hendaknya ditinjau kembali dari segi kecukupan, ketelitian, dan kepatuhan penderita. Dokter hendaknya menentukan perlu atau tidak konsentrasi obat dalam serum penderita diukur, karena tidak semua respon penderita dikaitkan dengan konsentrasi obat dalam serum. Contoh : alergi dan rasa mual ringan.
2)      Bila “therapeutic window” suatu obat sempit, maka individualisasi dosis menjadi sangat penting, karena perbedaan dosis yang kecil saja sudah dapat menimbulkan perbedaan nyata dalam respon pasien.
3)      Dalam beberapa kasus, patofisiologi penderita mungkin tidak stabil, apakah membaik atau memburuk, misalnya klirens ginjal terhadap obat
4)      Pasien dengan penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kadar obat di dalam darah.
5)      Jika pasien menggunakan obat tertentu.

d.      Faktor faktor yang mempengaruhi Drugs Therapeutic Monitoring
1)      Absorpsi
Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang tidak diabsorpsi maka tidak akan menimbulkan efek, Kecuali antasida dan obat yang bekerja lokal. Proses absorpsi terjadi di berbagai tempat pemberian obat, misalnya melalui alat cerna, otot rangka, kulit dan sebagainya.
Absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
-          Kelarutan obat.
-          Kemampuan difusi melintasi sel membran.
-          Konsentrasi obat.
-          Sirkulasi pada letak absorpsi.
-          Luas permukaan kontak obat.
-          Bentuk sediaan obat.
-          Cara pemakaian obat.
2)      Distribusi
Obat setelah diabsorpsi oleh tubuh maka selanjutnya akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh badan dan harus melalui membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi. Molekul obat yang mudah melintasi membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik inta maupun ekstra sel. sedangkan obat yang sulit menembus membran sel maka penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel.
kadang - ikadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada beberapa jaringan tertentu, karena adanya proses transpor aktif, pengikatan dengan zat tertentu atau daya larut yang lebih besar dalam lemak.
3)      Metabolisme ( biotransformasi) 
Tujuan biotransformasi obat adalah mengubahnya dengan cara sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk yang mudah dieksresi oleh ginjal, dalam hal ini menjadikannya lebih hidrofil.
Pada umumnya obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom dan retikulum endoplasma sel hati. Pada proses metabiolisme molekul obat dapat berubah sifat antara lain menjadi lebih polar, Metabolit yang lebih polar ini menjadi mudah dieksresi melalui ginjal. Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat asal (bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif (detoksifikasi atau bioinaktivasi) atau sama aktifitasnya.

4)      Eksresi
Pengeluaran obat maupun metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni dan dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk asalnya. disamping itu ada pula cara lain yaitu :
-          Kulit, bersama keringat. Misal : paraldehid
-          Paru - paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada anestesi umum, anestesi gas atau anestesi terbang.
-          Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran empedu.
-          Air susu ibu, Misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan alkaloida lain. Harus dioerhatikan karena dapatmenimbulkan efek farmakologi atau toksik pada bayi.
-          Usus. misalnya sulfa dan preparat besi.
Selain dipengaruhi oleh proses Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Eksresi (ADME) pencapaian efek - efek obat didalam tubuh juga dipengaruhi oleh Mekanisme Kerja dari obat tersebut, adapun Mekanisme kerja obat itu sendiri terbagi dalam beberapa golongan sebagai berikut :
a.       Secara fisika, Contohnya anestetik terbang, laksansia dan diuretik osmotis.
b.      Secara Kimia, misalnya antasida lambung dan zat - zat khelasi ( zat - zat yang dapat mengikat logam berat)
c.       Proses metabolisme, misalnya antibiotika mengganggu pembentukan dinding sel kuman, sintesis protein, dan metabolisme asam nucleat.
d.      Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat dibedakan menjadi dua macam kompetisi yaitu untuk reseptor spesifik dan enzym - enzym.






DAFTAR PUSTAKA

Abdelrahim, H. E. A. 2008. Therapeutic Drug Monitoring Service In Malaysia: Current Practice and Cost Evaluation. Malaysia
American Journal of Health-System Pharmacy. 2006.  American Society of Health-System Pharmacists. America.
Collet, D.M. and Michael, E.A. 1990. Pharmaceutical Practice. UK: Longman Group UK Ltd., pp. 17-26.
Daan, J. T. 2007. Cost-Effectiveness of Ttherapeutic Drug Monitoring. The European Journal of Hospital Pharmacy Science. Vol. 13. p. 83-91

Pagana, Kathleen Deska. 1998. Mosby's Manual of Diagnostic and Laboratory Tests. St. Louis: Mosby, Inc.

TerimaKasih :)

Komentar

  1. Mbak, DTM dgn TDM sama atau beda??

    BalasHapus
    Balasan
    1. beda. kalau TDM itu Pengawasan terhadap kadar atau tingkatan obat didalam darah. Tujuan dan tugas dari TDM ini sendiri sebenarnya adalah untuk mengukur kadar atau level obat yang ada di dalam darah, dengan begitu, maka dosis obat yang efektif dalam darah dapat ditentukan, sehingga dapat mencegah terjadinya keadaan toksik atau keracunan obat di dalam tubuh.
      sedangkan DTM (drug therapy monitoring) untuk melihat respon yang dialami oleh pasien. misalnya sebelum minum obat, pasien meras pusing. setelah meminum obatdan dipantau, pusingnya sudah membaik.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prothrombin Time (PT) and Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)

Hitung Darah Lengkap - Hemoglobin, MVh, MCHC, MCV