Obat Rasional
OBAT RASIONAL
Menurut WHO 1987 pengobatan yang rasional adalah pengobatan yang sesuai indikasi,
diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan
harga terjangkau.
Pengobatan rasional merupakan suatu proses yang kompleks dan
dinamis, dimana terkait beberapa komponen, mulai dari diagnosis, pemilihan dan
penentuan dosis obat, penyediaan dan pelayanan obat, petunjuk pemakaian obat,
bentuk sediaan yang tepat, cara pengemasan, pemberian label dan kepatuhan
penggunaan obat oleh penderita.
Kriteria penggunaan obat
rasional
Secara praktis penggunaan obat dikatakan rasional
jika memenuhi kriteria:
1. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut
rasional jika diberikan untuk
diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka
pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut.
Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan yang seharusnya
(Anonima, 2006).
2. Sesuai dengan indikasi penyakit
Ketepatan indikasi berkaitan dengan penentuan perlu tidaknya suatu
obat diberikan pada suatu kasus tertentu (Sastramihardja, 1997).
3. Tepat pemilihan obat
Berkaitan dengan pemilihan kelas terapi dan jenis obat berdasarkan
pertimbangan manfaat, keamanan, harga, dan mutu. Sebagai acuannya bisa
digunakan buku pedoman pengobatan (Sastramihardja, 1997).
4. Tepat dosis
Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi yang sempit akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar
terapi yang diharapkan (Anonima, 2006).
5. Tepat cara pemberian.
Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetik, yaitu
cara atau rute pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian, dan lama pemberian,
sampai ke pemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti pasien, aman dan
efektif untuk pasien (Munaf, 2004).
6. Tepat interval waktu pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat
perhari semakin rendah tingkat ketaatan minum obat (Anonima, 2006).
7. Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing.
(Anonima,2006)
8. Waspada terhadap efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek
tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (Anonima,
2006).
9. Penilaian terhadap kondisi pasien
Ketepatan penilaian diperlukan terhadap kontraindikasi, pengaruh
faktor konstitusi, penyakit penyerta dan riwayat alergi (Sastramihardja, 1997).
10. Tepat informasi
Ketepatan informasi menyangkut informasi cara penggunaan obat,
efek samping obat dan cara penanggulangannya serta pengaruh kepatuhan terhadap
hasil pengobatan (Sastramihardja, 1997).
11. Tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut
Pada saat memutuskan pemberian terapi harus sudah dipertimbangkan
upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau
mengalami efek samping. Jika hal ini terjadi maka dosis obat perlu ditinjau
ulang atau bisa saja obatnya diganti (Anonima, 2006).
12. Obat yang efektif, aman, dan mutu terjamin dan terjangkau
Untuk efektif dan aman, dan terjangkau digunakan obat-obat dalam
daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial didahulukan
dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para pakar
dibidang pengobatan dan klinis (Anonima, 2006).
13. Tepat penyerahan obat
Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah
obat dan pasien sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotik atau tempat
penyerahan obat di pukesmas, apoteker/asisten apoteker/petugas penyerah obat
akan melaksanakan perintah dokter/peresep yang ditulis pada lembar resep untuk
kemudian diberikan kepada pasien (Anonima, 2006).
14. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan
Ketidak taatan minum obat umumnya terjadi pada kejadian berikut:
Ketidak taatan minum obat umumnya terjadi pada kejadian berikut:
a. Jenis dan atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak
b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
c. Jenis sediaan obat terlalu beragam
d. Pemberian obat dalam jangka panjang
e. Pasien tidak mendapatkan informasi atau penjelasan yang cukup
mengenai cara minum atau menggunakan obat
f.
Timbul efek
samping (Anonima, 2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat yang
tidak rasional:
1.
Pembuat resep
(dokter), dokter yang kurang pengetahuan, ketrampilan dan tidak percaya diri,
pengalaman praktek sehari-hari yang keliru, aktivitas promosi yang bias dari
industri farmasi, tekanan permintaan dari pasien, generalisasi pengobatan
penyakit, waktu diagnosa yang terbatas.
2.
Pasien/masyarakat;
ketidaktahuan terapi pengobatan, pengalaman sebelumnya yang salah (misalnya,
pasien yang pernah mengalami diare dan sembuh setelah disuntik maka saat diare
lagi maka pasien pun minta disuntik)
3.
Sistem perencanaan
dan pengelolaan obat
4.
Kebijaksanaan obat
dan pelayanan kesehatan
5.
Lain-lain misalnya
informasi dan iklan obat, persaingan praktek dan memberikan pengobatan yang
sesuai dengan permintaan pasien.
Pemilihan Obat
Dalam pemilihan obat perlu dipertimbangkan:
1.
Efek terapi yang diperlukan
2. Kelas terapi
yang sebaiknya diberikan
3. Pertimbangan
manfaat dan resiko sesuai dengan kondisi pasien
4. Keamanan
obat (efek samping, kontraindikasi)
5. Harga obat
dan biaya pengobatan
Pengobatan yang tidak rasional dapat
dinilai dari gejala ketidakrasionalan pemakaian obat maupun gejala yang
dtimbulkan akibat pengobatan tersebut. Gejala ketidakrasionalan dapat berupa:
- Peresepan berlebihan (over prescribing)
- Peresepan yang kurang (under prescribing)
- Peresepan yang salah atau tidak tepat (incorect
prescribing)
- Peresepan yang boros (extravagant prescribing)
- Peresepan banyak jenis (multiple prescribing)
Dampak penggunaan obat yang tidak rasional:
1. Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan, secara langsung
maupun tidak penggunaan obat yang tidak rasional akan menghambat penurunan
angka morbiditas dan mortalitas.
2. Dampak terhadap biaya pengobatan, pengobatan yang
tidak rasional berarti pemborosan.
3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek yang
tidak diharapkan seperti resiko efek samping yang meningkat, terjadinya
resistensi kuman, dan resiko penularan suatu penyakit.
4. Dampak psikososial, sebagian pasien akan memandang
bahwa pengobatan akan efektif bila diberi obat suntik, pemberian oralit dianggap
bukan obat, dan pandangan bahwa perbaikan gizi hanya bisa dilakukan dengan
pemberian vitamin
Penggunaan obat yang tidak rasional
dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa:
- Obat yang tidak diperlukan
- Obat yang salah
- Obat yang tidak aman
- Obat yang tidak efektif dan obat dengan
kemanjuran yang meragukan
- Obat efektif yang tersedia kurang digunakan
- Penggunaan obat yang tidak benar
- Obat yang belum secara ilmiah terbukti manfaat
dan keamanannya
- Pemakaian obat yang jelas-jelas mempengaruhi
kebiasaan atau persepsi keliru dari masyarakat terhadap pengobatan
WHO mengadvokasikan 12 intervensi kunci untuk
mempromosikan penggunaan obat yang lebih rasional :
1.
Pembentukan badan
nasional multidisiplin untuk mengkoordinasikan peraturan penggunaan obat
2.
Penggunaan panduan klinis
3.
Pengembangan dan
penggunaan Daftar Obat Esensial Nasional
4.
Pembentukan komite
obat dan terapeutik di daerah dan rumah sakit
5.
Memasukkan pelatihan
farmakoterapi berbasis pemecahan masalah dalam kurikulum sarjana
6.
Melakukan edukasi
medis mencakup pelayanan sebagai persyaratan lisensi
7.
Supervisi, audit dan
umpan balik
8.
Penggunaan informasi
independen mengenai obat
9.
Edukasi public
mengenai obat
10. Hindari insentif financial tanpa alas an
11. Penggunaan regulasi yang cocok dan diperkuat
12. Ekspenditur pemerintah yang cukup untuk memastikan
adanya obat dan staf
terimakasih :)
Komentar
Posting Komentar